Judul
Buku : Petjah
Penulis
: Oda Sekar Ayu
Editor
: Afrianty P. Pardede
Design Cover : Arieza Nadya
Penerbit
: Elex Media Komputindo
Cetakan
: Cetakan Ke-1
Tahun Terbit :
2017
Halaman
: 314 Halaman
ISBN : 978-602-02-9595-4
Harga
: Rp. 71.000 (sebelum diskon)
Haiii..setelah beberapa tahun gak nulis blog, ahirnya aku
muncul lagi dan memulai dengan sesuatu yang berbeda. Yaappp kali ini aku mau
mereview sebuah novel. Buku ini menjadi milik perpustakaan udah bulan maret kemaren, kemaren udah
baca sedikit tapi karena sesuatu hal jadi gak selesai. Ahirnya aku baca ulang
deh dan ahirnya sampai tamat juga.
Aku suka banget sama kata-kata ini.
Petjah : satu dari seribu, aku mau kamu
Nadhira dan dimas teman sekelas di akselerasi, yang dinamakan
kelas “CIBI” Cerdas, Istimewa, Berbakat istimewa. Kami kenal sejak SMP, kami
bersekolah di SMP yang berbeda dan selalu menjadi saingan di perlombaan. Dimas Baron
sangat terkenal di sekolahku karena
selalu berhasil mengalahkan tim-tim lomba sekolahku.
Nadhira begitu menyukai dimas, sementara dimas membenci
nadhira, ketika dimas mulai mendekati nadhira tiba-tiba muncul seorang cowok
yang bernama biru, yang membuat nadhira kagum akan puisi-puisi yang ditulis
olehnya.
Biru penuh misteri, selama ini dia memakai topeng, menyembunyikan karakter aslinya sejak kakaknya nila pergi meninggalkan dirinya.
Biru penuh misteri, selama ini dia memakai topeng, menyembunyikan karakter aslinya sejak kakaknya nila pergi meninggalkan dirinya.
Sore hari tadi menunggu hujan bersama biru sepertinya memang
menjadi pintu gerbangku mengenal siapa biru yang sebenarnya. Karena malm ini
takdir membawaku melihat biru dalam perspektif yang berbeda.
Nadhira memang jagonya pelajaran bahasa, berbagai lomba
membuat puisi, mengarang, membuat cerpen, menulis makalah, esai, dan lain-lain
selalu di ikuti dan banyak menghasilkan prestasi. Jarang sekali aku merasa
kecil ketika membaca hasil karya orang lain, namun tidak begitu dengan tulisan
biru. Semua tulisan biru menelanjangi diriku. Banyak karyanya menguras
kebahagiaanku atau menelan tawaku.
namun selama ini dimas membanci nadhira, tiba-tiba dimas mulai menegur nadhira, bahkan disaat nadhira mulai mengenal biru.
namun selama ini dimas membanci nadhira, tiba-tiba dimas mulai menegur nadhira, bahkan disaat nadhira mulai mengenal biru.
Beberapa
kalimat favorit dalam buku ini:
1. ketika
saya sudah tidak lagi berharap ada penebusan, kamu justru membuat saya
mempertanyakan apa makna pengakuan hal 261
2. Lebih
baik pernah mencintai lalu kehilangan, daripada tidak pernah mencintai sama
sekali hal 283
3. Cita-cita
itu sesuatu hal yang abstrak. Dia itu adalah bentuk paling nggak jelas dari
sebuah kata benda yang manusia buat hal 295
baca novel ini bikin baper abis, ceritanya bagus, kalau penasaran langsung aja baca bukunya biar tahu ahir ceritanya.
baca novel ini bikin baper abis, ceritanya bagus, kalau penasaran langsung aja baca bukunya biar tahu ahir ceritanya.
Puisi dari Nadhira untuk Biru
Aku dan kamu
Aku berjalan dengan setia pada perputaranmu
Berevolusi seiring dengan gerak rotasimu
Berlayar bersama tiupan anginmu
Padamu semua ilusiku menyatu
Kamu merangkulku dengan aksara
Merengkuhku dengan suara, mengunciku pada satu masa
Padaku semua akal sehatmu bicara
Aku dan kamu laksana embun
Jatuh dari atas menyapu hijau daun-daun
Berpasrah pada satu siklus angkasa
Yang menjadikan kita tiada
Aku dan kamu laksana malam
Merenggut kicau burung-burung mesra
Berpasrah pada keharusan yang ada
Sehingga harus membunuh mimpi malu merana
Aku dan kamu adalah alam yang berputar
Agar ketetapan tidak berubah, meski kita lelah
Aku dan kamu tidak punya kesempatan
Untuk sekejap saja meminta, bentuk yang kita damba
Realita menghunus kita
Meniadakan bentuk-bentuk selanjutnya
Aku dan kamu
Bukan kita
nadhira
Tidak ada komentar:
Posting Komentar